Unimus—Jumat, 19 Juli 2019, telah dilaksanakan Diskusi Lesehan Mahasiswa dengan tema “Politik, Sastra, dan Masa Depan Indonesia”. Mengundang sastrawan senior dari Semarang, Wahyono Gunung Mahesa, dan mahasiswa Sastra Inggris Unimus, Untung Prasetyo Ilham, diskusi berjalan dengan lancar. Diskusi yang dihadiri oleh mahasiswa sastra Inggris dan perwakilan dari ormawa se-Unimus ini berlangsung dari pukul 16.00 hingga 17.00. Pokok bahasan yang diangkat sangat menarik sehingga dalam waktu satu jam, ilmu yang didapat sudah sangat beragam.
Sastra yang menjadi pedang bermata dua dapat digunakan sebagai alat untuk mengkritisi pemerintahan maupun sistem , namun di sisi lain sastra dapat digunakan pula oleh penguasa untuk bisa melanggengkan kekuasaannya. Seperti yg dicontohkan dalam kitab Andapura misalnya yang berisi kebaikan suatu masa pemerintahan, dan juga tulisan Chairil Anwar dan Pramudya Ananta Toer yang berisi perlawanan. Kitab Andapura di mata Mas Gunung tanpa di sadari berperan besar dalam melanggengkan kekuasaan karena membuat rakyat patuh pada peraturan yang ada. Sehingga contoh tersebut merupakan bentuk tulisan yang mendukung pemerintahan. Sedangkan contoh lain yakni tulisan-tulisan dari Pram, Chairil Anwar dan WS Rendra yang merupakan bentuk perlawanan pada pemerintahan.
Disampaikan pula bahwa sastra sudah berkembang sedemikian rupa menjadi seni yg biasa kita nikmati dimana-mana. Sastra berkembang sangat pesat dan komersialisasi karya sastra merupakan suatu bentuk keniscayaan.

Sehingga yang menjadi tanggung jawab bagi kita semua adalah, bukan hanya menikmati karya sastra sebatas hiburan, tapi perlu adanya pemahaman nilai-nilai historis di dalamnya pengenalan lebih mendalam pada tokoh2nya dan kosep serta ideologi mereka.

Sastra tidak pernah mati, tokoh-tokohnya juga tidak pernah mati. Satu hal yang mati adalah kesadaran kita terhadap pentingnya sastra dalam kehidupan di era ini.
Marilah kawan-kawan kita renungkan, hidupkan sastra di hati kita. Sastra memiliki dampak yang luar biasa. Menulislah, berkaryalah. Menulis adalah bentuk perlawanan. Entah itu perlawanan pada diri sendiri maupun perlawanan terhadap ketidaksesuaian pada tatanan

By admin

id_ID